Ya Allah Kok Masih Cerita KesedihanYa
Malam ini sedih banget. Hari terakhir aku melabelkan diri sebagai anak kost di bulan ini. Sungguh aku sebenarnya tidak ingin meninggalkan 'keindahan' hidup yang sudah kudambakan sejak aku SMP untuk meninggalkan rumah.
Aku bisa menjadi diriku seutuhnya, yang suka bangun siang, makan apapun yang aku suka, makan kapanpun yang aku mau, pergi kapanpun semauku.
Sakit kalo mengingat perjalanan hidup setahun kemarin yang rasanya menjadi roller coaster di awal, dan langsung terjun bebas jatuh ke jurang Central Java. Bekerja di sebuah perusahaan dengan branding terkuat. Jika aku ditanya kerja dimana, pasti orang-orang tau apa yang kujual. Pasti mereka pernah mencoba setidaknya sekali seumur hidup. Di lubuk hati terdalam, aku sangat bangga.
Kenyataannya memang menjadi dewasa dan dituntut untuk bekerja itu nggak mudah. Diminta mudah beradaptasi dengan banyak lingkungan dan manusia. Berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya. Diminta bertahan dengan segala kondisi terhimpit. Yang nyatanya dulu pernah kuucapkan bisa bekerja dibawah tekanan. Ketika ditanya apakah aku siap untuk bekerja melebihi waktu, bahkan di hari libur sekalipun, aku menjawabnya dengan yakin dan mantap menyetujui apa yang mereka minta.
Satu hal yang kuperhatikan saat interview di hari itu, mereka bertanya bagaimana pendapatku tentang catcall, karena pekerjaanku akan melibatkan banyak laki-laki di dalamnya. Demi apapun aku ingin menangis saat membahas topik ini. Catcall bukan hanya cara bersiul dengan maksud menggoda cowo saja. Semua perempuan pasti merasa risih jika ada lelaki yang melakukan hal ini kepadanya. Tapi di ebebrapa tempat, apalagi yang sering kutempati adalah di daerah desa yang masih menganggap catcall adalah hal lumrah. Dianggapnya hanya sebuah cara sapaan dengan maksud mengakrabkan diri. Kalian tau nggak betapa menjijikkan suara itu, bagaimana tatapannya yang ingin sekali kusiram air raksa. Dan yang kualami disini lebih dari itu. Aku tidak ingin menceritakan lebih dalam. Aku takut itu masih melanggar etika pekerjaan untuk menjelaskan semuanya.
Sungguh tempat belajar yang membuatku termotivasi menemukan apa yang aku suka dan aku bisa lakukan. Dari seorang anak yang tidak tahu arah, kuliah pun nyasar, selalu kuucapkan "bisa lulus aja alhamdulillah", menjadi anak yang lumayan bisa diajak berpikir dan lebih kritis tentang kehidupan.
Mungkin memang disini bukan tempatku untuk bertumbuh, Apa yang pernah kuucapkan dulu tidak bisa kurealisasikan. Aku selalu bertanya-tanya apakah memang dunia sejahat itu, apakah harus bersaing dengan cara yang kejam untuk bisa bertahan hidup seperti kamu berada di rimba? Aku selalu bertanya kepada diriku sendiri, apakah aku masih kurang kuat untuk bertahan di hidup sebagai manusia? Apakah aku memang lemah?
Sampai akhirnya aku tumbang di hari itu, aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Diagnosa keluar, dan aku sekarang tahu apa yang kurasakan sebenarnya. Aku meminum obat agar tidak terlalu banyak berpikir mendalam dan agar bisa tidur dengan melepaskan beban sejenak. Ibu dokter bilang ini sudah menumpuk dari lama dan akhirnya meledak.
Masih sama seperti tulisanku sebelumnya. Melalui tulisan ini aku ingin berterima kasih kepada diriku sendiri. Sudah mau bertahan semampumu, sebisamu, Allah selalu ada untukmu, yang tenang. Selain itu aku juga ingin berterima kasih kepada orang-orang baik di sekitarku. Aku sayang kalian, semoga kebahagiaan dan keberkahan hidup akan selalu berpihak kepada kalian.
Terutama untuk pekerjaanku ini yang telah memberikan pengalaman berharga belajar banyak hal. Semoga keadaanmu semakin membaik kedepannya.
Salam,
--yang dulu pernah di 1B
Aku bisa menjadi diriku seutuhnya, yang suka bangun siang, makan apapun yang aku suka, makan kapanpun yang aku mau, pergi kapanpun semauku.
Sakit kalo mengingat perjalanan hidup setahun kemarin yang rasanya menjadi roller coaster di awal, dan langsung terjun bebas jatuh ke jurang Central Java. Bekerja di sebuah perusahaan dengan branding terkuat. Jika aku ditanya kerja dimana, pasti orang-orang tau apa yang kujual. Pasti mereka pernah mencoba setidaknya sekali seumur hidup. Di lubuk hati terdalam, aku sangat bangga.
Kenyataannya memang menjadi dewasa dan dituntut untuk bekerja itu nggak mudah. Diminta mudah beradaptasi dengan banyak lingkungan dan manusia. Berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya. Diminta bertahan dengan segala kondisi terhimpit. Yang nyatanya dulu pernah kuucapkan bisa bekerja dibawah tekanan. Ketika ditanya apakah aku siap untuk bekerja melebihi waktu, bahkan di hari libur sekalipun, aku menjawabnya dengan yakin dan mantap menyetujui apa yang mereka minta.
Satu hal yang kuperhatikan saat interview di hari itu, mereka bertanya bagaimana pendapatku tentang catcall, karena pekerjaanku akan melibatkan banyak laki-laki di dalamnya. Demi apapun aku ingin menangis saat membahas topik ini. Catcall bukan hanya cara bersiul dengan maksud menggoda cowo saja. Semua perempuan pasti merasa risih jika ada lelaki yang melakukan hal ini kepadanya. Tapi di ebebrapa tempat, apalagi yang sering kutempati adalah di daerah desa yang masih menganggap catcall adalah hal lumrah. Dianggapnya hanya sebuah cara sapaan dengan maksud mengakrabkan diri. Kalian tau nggak betapa menjijikkan suara itu, bagaimana tatapannya yang ingin sekali kusiram air raksa. Dan yang kualami disini lebih dari itu. Aku tidak ingin menceritakan lebih dalam. Aku takut itu masih melanggar etika pekerjaan untuk menjelaskan semuanya.
Sungguh tempat belajar yang membuatku termotivasi menemukan apa yang aku suka dan aku bisa lakukan. Dari seorang anak yang tidak tahu arah, kuliah pun nyasar, selalu kuucapkan "bisa lulus aja alhamdulillah", menjadi anak yang lumayan bisa diajak berpikir dan lebih kritis tentang kehidupan.
Mungkin memang disini bukan tempatku untuk bertumbuh, Apa yang pernah kuucapkan dulu tidak bisa kurealisasikan. Aku selalu bertanya-tanya apakah memang dunia sejahat itu, apakah harus bersaing dengan cara yang kejam untuk bisa bertahan hidup seperti kamu berada di rimba? Aku selalu bertanya kepada diriku sendiri, apakah aku masih kurang kuat untuk bertahan di hidup sebagai manusia? Apakah aku memang lemah?
Sampai akhirnya aku tumbang di hari itu, aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Diagnosa keluar, dan aku sekarang tahu apa yang kurasakan sebenarnya. Aku meminum obat agar tidak terlalu banyak berpikir mendalam dan agar bisa tidur dengan melepaskan beban sejenak. Ibu dokter bilang ini sudah menumpuk dari lama dan akhirnya meledak.
Masih sama seperti tulisanku sebelumnya. Melalui tulisan ini aku ingin berterima kasih kepada diriku sendiri. Sudah mau bertahan semampumu, sebisamu, Allah selalu ada untukmu, yang tenang. Selain itu aku juga ingin berterima kasih kepada orang-orang baik di sekitarku. Aku sayang kalian, semoga kebahagiaan dan keberkahan hidup akan selalu berpihak kepada kalian.
Terutama untuk pekerjaanku ini yang telah memberikan pengalaman berharga belajar banyak hal. Semoga keadaanmu semakin membaik kedepannya.
Salam,
--yang dulu pernah di 1B
Respect karena sudah bersedia menghargai diri sendiri dan tetap berusaha hidup di kehidupan yang mungkin belum tentu diinginkan ini๐ช๐
ReplyDelete